Pada 1955, 100 persen bayi Amerika mengenakan popok katun. Namun pada 1991, hanya 10 persen. Perkiraan terbaru mengklaim bahwa 27.4 milyar popok sekali pakai digunakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, menghasilkan kira-kira 3.4 juta ton sampah padat tambahan di tempat pembuangan sampah. Sekarang, 3 persen sampah dari tempat pembuangan sampah di negara bagian Amerika Serikat berisi popok sekali-pakai.
Itu berarti membutuhkan 3.5 milyar galon minyak, 82,000 ton plastik, dan 1.3 juta ton bubur kayu (250,000 pohon) untuk membuat 18 juta popok. Dan setelah menggunakannya hanya satu kali, popok itu lantas dibuang dan diangkut ke tempat pembuangan sampah, di mana mereka membutuhkan waktu 500 tahun untuk menguraikannya.
Hal ini berarti menyebabkan masalah lingkungan yang sangat serius bagi planet kita, karena popok sekali pakai digunakan secara meluas. Usaha untuk mendaur ulang popok sekali pakai dan menjadikannya pupuk kompos belum berhasil dan tidak hemat biaya. Popok kain merupakan alternatif yang bagus untuk digunakan. Popok tersebut dapat digunakan kembali beratus-ratus kali dan dapat diuraikan oleh alam (biodegradable).
Semua orang membuang popok sekali-pakai bersama dengan sampah rumah tangga reguler, namun hampir tidak ada orang yang menyadari bahwa hal ini merupakan praktek illegal di beberapa negara bagian. Hukum tidak dilaksanakan ketika berhadapan dengan popok sekali-pakai.
Membuang ‘kotoran’ ke dalam sampah reguler dapat berpotensi menyebarkan penyakit dan menciptakan resiko kesehatan masyarakat. Carl Lehrburger menjelaskan dalam artikel tentang popok "Out of Sight, Out of Mind" (ungkapan yang berarti 'sesuatu hal yang mudah di-lupakan') "air lindi (air kotor dan bau yang berasal dari sampah) yang berisi virus dari tinja manusia (termasuk vaksin hidup dari imunisasi rutin masa kanak-kanak) dapat merembes ke dalam bumi dan mencemari persediaan air bawah tanah. Virus-virus ini termasuk hepatitis A, virus Norwalk dan virus Rota (penyebab diare akut)."
Dengan popok kain, kotoran tersebut langsung dibilas ke dalam septictank, memberikan alternatif pilihan yang jauh lebih bersih bagi lingkungan kita.
Sampai 1991, semua riset atas dampak pembuangan popok sekali pakai terhadap lingkungan telah dibiayai sendiri oleh produsen. Banyak informasi menyesatkan yang telah digunakan untuk memasarkan produk popok greenwash, sebagai popok yang bersahabat dengan lingkungan dan lebih bagus bagi kesehatan bayi.
Dua riset penting di tahun 90-an telah menganalisa dampak lingkungan atas kedua jenis popok tersebut. Pertama, riset yang disponsori oleh Proctor and Gamble, menyimpulkan bahwa "mencuci popok kain akan menghasilkan hampir 10 kali lipat lebih banyak dari polusi air yang dihasilkan pada pembuatan popok sekali-buang." Studi ini telah dikritik karena ketiadaan data independen dan kepercayaan atas informasi yang disediakan oleh P&G dan perusahaan lain yang berminat dalam mempromosikan popok sekali pakai.
Riset lain, yang disponsori oleh National Association of Diaper Services (NADS), riset yang paling terperinci sampai saat ini, menemukan bahwa kain mempunyai keuntungan lebih bersih lingkungan dibandingkan popok sekali pakai baik pada saat pembuatan di pabrik maupun saat digunakan. "Mereka menemukan bahwa popok sekali-buang, bila dibandingkan dengan popok yang dapat digunakan berulang-ulang, akan menghasilkan tujuh kali lebih banyak sampah padat ketika dibuang dan tiga kali lebih boros dalam proses pembuatan di pabrik."
Studi lain menyimpulkan bahwa popok sekali-pakai "menghabiskan 20 kali lipat bahan baku, tiga kali lebih banyak energi, dua kali lipat air, dan menghasilkan 60 kali lipat sampah."
Beberapa pihak mengklaim bila popok kain menghasilkan pemborosan energi dan air. Sebenarnya, dia hanya memerlukan tidak lebih dari 50 - 70 galon air tiap tiga hari untuk mencuci popok kain, dengan kata lain sama dengan membilas toilet 5 - 7 kali sehari.
Hal yang patut diperhatikan adalah situasi yang terjadi di kota metropolitan di mana ketiadaan fasilitas binatu dalam apartemen dan ketersediaan jasa popok mempersulit banyak orang untuk mencuci popok. Untuk hal ini, disediakan popok alternatif yang lebih bersahabat dengan lingkungan, daripada popok sekali-pakai regular.
Akal sehat menyatakan bahwa mencuci popok kain lebih aman bagi lingkungan dibandingkan dengan melempar popok plastik ke dalam sampah setelah digunakan hanya satu kali. Tracy Fernandez Rysavy, dalam artikel "Solving the Diaper Dilemma," mengutip Paula Devore, "Jika dampak lingkungan yang dihasilkan oleh popok sekali buang benar-benar sebesar popok kain, lantas mengapa belum pernah ada studi perbandingan yang dilakukan untuk produk lain? Mengapa kita tidak menggunakan lebih banyak piring dan gelas kertas (plastik) sebagai pengganti peralatan rumah tangga kita yang bisa digunakan berulang-ulang, misalnya?"
Sebagai individu, kita dapat membantu melakukan pe-rubahan dengan menggunakan popok kain di rumah. Namun bantuan terbesar yang dapat dilakukan untuk mengurangi sejumlah besar sampah yang diproduksi oleh popok sekali-pakai ke dalam tempat pembuangan sampah setiap tahunnya bisa datang dari pendidikan pada masyarakat dan melalui perundang-undangan baru mengenai penggunaan popok kain.
Kunjungi Showroom kami :
www.niceforkids.com